Ada perkembangan lain dalam kisah ini, yakni pemerintah menuduh Google melakukan praktik monopoli yang menguntungkan aplikasi pencariannya dan Chrome. Komisi Perdagangan Adil Jepang (JFTC) telah mengeluarkan perintah penghentian dan penghentian kepada Google, menuntut perusahaan teknologi itu untuk mengakhiri semua upaya untuk mendapatkan perlakuan istimewa pada ponsel Android.
Pengawas itu menuduh bahwa Google mengharuskan pembuat ponsel untuk memasang Chrome dan Google Search terlebih dahulu di ponsel Android, selain menetapkan Chrome sebagai peramban bawaan.
Mereka juga mengklaim bahwa mereka harus menempatkan ikon untuk setiap aplikasi di layar beranda. Pengaturan ini terjadi karena kekuatan perusahaan teknologi itu sebagai penyedia ekosistem aplikasi Google Play, yang harus dipasang oleh produsen Android sebelum didistribusikan.
Namun, JFTC lebih lanjut mengklaim bahwa Google mempermanis kesepakatan tersebut, dengan menyetujui untuk memberikan sebagian pendapatan iklannya kepada produsen ponsel tersebut. Hingga Desember lalu, enam produsen ponsel Android diduga telah memiliki kesepakatan ini dengan Google. Pengaturan ini telah berlangsung setidaknya sejak Juli 2020, jika tidak lebih awal.
Keputusan JFTC mengikuti penyelidikan yang dibuka pada Oktober 2023. Keputusan ini diambil pada minggu yang sama ketika delegasi Jepang, yang dipimpin oleh Menteri Ekonomi Ryosei Akazawa, akan mengunjungi AS untuk merundingkan tarif.
AS telah menyatakan kekhawatiran serupa kepada Jepang. November lalu, hakim federal AS Amit Mehta menyebut Google sebagai “pemonopoli” dalam industri mesin pencari dan meminta perusahaan tersebut untuk menjual Chrome. Sidang pembuktian atas masalah tersebut akan dimulai akhir bulan ini, dengan persidangan dimulai pada bulan Mei.